Rabu, 29 November 2017

Tanpa-Mu Aku Tak Mampu
(Oleh: Usi Supinar)

Mengukir mimpi
Mengukirkan kisah hidupku
Menghapus luka
Menghapuskan kehampaan yang telah lalu
Aku hanyalah aku
Aku tanpa-Mu bukanlah aku
Aku tanpa-Mu mati bagiku
Aku adalah aku
Aku bersama-Mu ialah aku
Aku bersama-Mu hidup bagiku
Tak mampu aku tanpa-Mu
Karna tanpa-Mu aku ‘kan ragu,
Haru,
Pilu,
Kaku.
Tanpa-Mu ku tak ‘kan mampu
Ya, tak mampu!
Belum mampu
Tak mampu
Tak akan mampu
Tak akan pernah mampu
Tak mampu hidup tanpa-Mu
Namun aku tahu
Aku tak punya malu
Kau menciptakanku penuh cinta
Tapi aku lebih mencinta yang Kau murka

Masih adakah cinta untukku?
Seorang hamba-Mu yang hina dina


Jatiangor, 10 Maret 2016
Aku Cemas
(Oleh: Usi Supinar)

Goresan tinta ini
Goresan perasaanku
Menorehkan kesenduan
N’tah kecemasan

Cemas akan semakin besarnya tumpukan dosaku
Cemas akan menipisnya amalan sholehku
Cemas akan kelamnya masa laluku
Cemas akan datangnya ajalku

Akankah masa depanku seindah harapan?
Sungguh... aku cemas...
Aku takut Allah telah memanggilku untuk kembali pada-Nya
Kembali sebelum menggapai cita-cita
Kembali sebelum menimbun amal baik
Kembali sebelum menaubati dosa-dosa
Kembali di saat aku dalam cemas
Sungguh... aku cemas...


Jatinangor, 28 Agustus 2016
Butiran Pasrah
(Oleh: Usi Supinar)

Desir angin semilir di bawah bukit burangrang malam hari yang mendung dan murung
Cukup menyelinapkan oksigen ke dalam sesaknya paru-paru
Detak jantung terhenti sekejap akibat sakit yang digoreskan sesama makhluk

Mengapa masih kuungkapkan jua semua kesakitan ini pada makhluk-Mu, Ya Rabb.
Padahal sudah jelas mereka tak hak mengabulkan besarnya harapanku
Sampai kapan kupasrahkan semua keresahan ini pada makhluk-Mu, Ya Rabb.
Sedangkan kepastian selalu ada dalam genggaman kekuasaan-Mu.

Wahai Rabb. aku lelah tanpa pasrah
Aku lengah tanpa pasrah
Aku resah tanpa pasrah
Aku gundah tanpa pasarah
Dan kini, aku padamu hanya memiliki butiran pasrah

Aku resah ketika harus kuulangi sekelumit sakit ini
Aku gundah saat harus merasakan cabikan dalam hati
Kamu tahu aku sakit
Kamulah yang mengingatkan dengan membuatku bangkit
Kamu tahu hatiku aku tercabik
Kamulah yang menyembuhkan dengan Maha Baik

Kaki Gunung Burangrang Purwakarta, 26 November 2017


Harus kemana aku?
(Oleh: Usi Supinar)

Tiap langkahku menapaki  centi-centi keindahan alam
yang Kau ciptakan penuh cinta
Tiap hembus nafaskku menghirup butir-butir suci gas
yang Kau tiupkan penuh kasih
Tiap gerik gerak tubuhku mengusik sesak-sesak isi bumi
yang Kau persatukan penuh rasa sayang

T’lah kulangkahkan kaki hina ini ke jalan yang tak Kau ridloi
T’lah kuhembuskan nafas busuk ini tanpa mengingat Engkau, Sang Illahi
T’lah kugerakkan tubuh rapuh ini demi maksiat yang tak pernah sampai ke ujung perjalan

Saat ini, detik ini.... aku malu pada-Mu Ya Robbukumulhaq, Ya Malikkulhaq, Ya Illahilhaq
Tanpa rasa malu aku t’lah menodai kesucian alam ini, bumi ini, tubuh ini, diri ini, hati ini,
Menodai cinta suciku pada-Mu

Maafkan hamba-Mu yang hina ini
Ampuni Ya AllaH!!!! Ampuni Aku.
Alamku hancur karna kegilaan ini,
keserakahan,
kebencian,
kenistaan,
kedzaliman dari diri hina ini
Maafkan hamba-Mu yang nista ini Ya Rabb
Ampuni aku Ya Allah!!! Aku mohon Ya Rabb
Karna aku tak tahu harus kemana aku berpulang

Harus kemana aku kembali!?
Harus kemana aku mencari!?
Harus kemana aku mendaki!?
Harus kemana aku menyelami!?
Harus kemana aku meratapi!?
Harus kemana aku mencari jati diri!?
Sedang jati diri tak lagi kutemui, tak lagi singgah di dalam hati



Jatinangor, 10 Maret 2016

Selasa, 28 November 2017

---Aku Disini---
(Oleh: Usi Supinar)

Andai kau mengerti perih dan sakit ini, pasti kau ada di sampingku mendekap tubuh lemahku
Tapi semua terlanjur sirna, mungkin rasa mu pada harapku terlanjur tertutup ragu
Sakit t'lah lumpuhkan harapku

Andai kau tahu arti lelah dan peluh ini, pasti kau ada di dekatku mengusap setiap tetes keringat yang jatuh
Tapi semua terlanjur pergi, mungkin sangka mu pada harapku terlanjur terbakar cemburu
Peluh t'lah matikan asaku

Andai kau tahu. Aku disini menantimu. Aku disini membutuhkanmu. Aku disini ingin lebih dari sekedar bersamamu.
Aku disini.

Jatinangor, 14 November 2017
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
---Sombong dengan Kebusukan---
Oleh: Usi Supinar

Aku lelah... Langkahku mulai melemah
Aku letih... Nafaskupun semakin perih
Adakah yang mampu kuatkan langkahku??
Adalah aku yang tak sanggup lagi menapaki penderitaan ini...

Kekecewaan itu hinggap hilir berganti, aku malu. Mengapa mereka mencibirku. Seakan akulah bahan celaan Hina mereka.
Kuakui.. aku hina di mata-Nya. Tapi apakah hanya aku???
Bukankah manusia tempat salah dan lupa.
Tak ayal tempat sampah, pastinya berisi sampah.
Kita hina. Tapi congkak dengan kehinaan itu.
Kita busuk. Tapi sombong dengan kebusukan itu.
Tak punya malukah kita???

(Jatinangor, 6 Oktober 2017) 18.11
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
---Untuk Kita Kenang---
(Oleh: Usi Supinar)

Ditemani deru ombak
Disertai desir semilir angin
Disini.. bersamamu..
Aku dan kamu, kita... bersama
Menjalin janji, perkuat hati
Ingin dan harap.. kita menjadi satu

Pun.. aku mulai cemas, takut akan senja yang hembuskan angin kerinduan, sampaikan rasa sakit atas nama rindu

Bukan masalah karna tak ada asa dan harapan
Namun jiwa tak untuk dipisahkan
Kurasa.. masih ada secercah harapan
Untuk kita persatukan
Untuk kita rindukan
Untuk kita kenang

Kurasa cukup perjuanganku bersamamu
Bersama menjalin asa
Asa dalam sebuah angan
Angan menggapai harapan  untuk kita tetap bersama

Namun.. apa daya kawan,
Waktu kan pisahkan jua
Jarak kan jauhkan kita.

Pangandaran, 3 Februari 2017
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
-Asa Bersamamu-
(Oleh: Usi Supinar)

Disaksikan rumput berselimut di pagi penuh kabut
Rumput ramaikan asanya
Kabut sejukkan hatinya
Kau tahu mengapa?
Itu karna ada cinta diantara kita
Yang menjalar, mengikuti nadi, centi demi centi naluri mengingat namamu

Dinaungi terik mentari di siang hari
Angin berhembus hantarkan asanya
Cahaya terangi hatinya
Kau tahu mengapa?
Itu karna ada rasa diantara kita
Yang menyertai, mengikuti langkah demi langkah perjuanganku menggapai namamu

Diiringi semilir angin senja
Lembayung hangatkan asanya
Langit redup sejukan hatinya
Kau tahu mengapa?
Itu karna ada harap diantara kita
Yang menyelusup, mengikuti degup jantungku, terselinap namamu setiap saat ia berdetak

Diselimuti gelapnya malam
Rembulan mendekap asanya
Bintang perindah hatinya
Kau tahu mengapa?
Itu karna ada rindu diantara kita
Yang mnedekap hangat rekatkan namamu di qolbuku

setiap waktuku adalah asa untukmu
Asa menjalin kebersamaan denganmu

Harapku..
Kuharap.. kau kan selalu sertai langkahku

Usi, Jatinangor 2017
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
---Dalam Menunggumu---
(Oleh: Usi Supinar)

Rintik hujan basahi biru jilbabku.
Ia menyatu dengan tangis dan haru.
Udara dingin pun menyusup pada tulang rusukmu.
Ia menyatu dengan detak kaku cemburu.

Kemana rasa ini harus kuungkapkan??
Aku lelah tanpa sandaran
Aku tak berdaya tanpa penopang

Lekaslah tiba duhai penguat jiwa
Aku menunggumu pun dengan sepenuhnya jiwa

Masa ini kutunggu kehadiranmu meyakinkan masa depanku.

(Jatinangor, 9 Oktober 2017)
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
---Hati yang Usang---
Oleh: Usi Supinar

Pagi sejuk dengan kelembutannya
Siang terik dengan kecerahannya
Sore teduh dengan keanggunannya
Malam dingin dengan ketenangannya

Hati... Tenang? Sudahkan dengan ketakwaannya???
Malu rasanya.. Ia fakir. Ia kikir.
Sakit rasanya. Ia gersang. Ia usang.

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
Jatinangor, 11 November 2017
---Masa Kami---
(Oleh: Usi Supinar)

Kumandang adzan saat terlahir di dunia,
kami menangis
Kumandang adzan di masa belia,
kami berbondong bergegas mengaji
Kumandang adzan di usia remaja,
kami sejenak hentikan bicara
Kumandang adzan di usia tua,
mungkin kami terus bekerja
Kumandang adzan di akhir hayat,
apakah masih ada taubat dalam asa?

Alunan itu tak ayal hanya dianggap sekedar melodi pengantar angin dari masa ke masa bagi insan tak tahu diri,
Diri yang tak ingat mati.

Maaf atas khilafku duhai diri
Khilaf t'lah lumpuhkan Hati
Maaf atas sibukku pada dunia ini
Sibuk t'lah matikan peka pada Illahi.
Maaf atas gila menduakan-Mu.
Wahai Rabb-ku.

BuahPenaUsiSupinar
(Jatinangor, Bada Ashar 22 Oktober 2017)