Selasa, 26 September 2017

Gunung Dosaku
Buah Pena: Usi Supinar


Air mengalir dalam wudlu mungkin tak mampu sucikan kembali segala noda
Desir nadi berdzikir mungkin tak sanggup hapuskan segala dosa
Pegal dan lelah menempelkan wajah ke bumi dalam sujud mungkin hanya sepi yang menjadi saksi
Kata demi kata dalam alunan ayat suci mungkin hanya sekedar suara yang tak sekedarpun menggetarkan nurani

Aku malu, Ya Robbi.
Betapa luput dosa dan khilapku
Menghujam nadi mencabik qolbu
Betapa rendah amal nan shalehku
Menutup lupapun ia tak mampu
Sungguh…
Betapa hina diri ini
Penuh dosa,
Penuh noda,
Penuh khilaf dan kemunafikan.

Akankah serpihan dzikirku mengingat nama-Mu menjulangkan neraca di yaumil hisab?
Aku takut gunung dosa di masa lalu itu memberatkan dawai sebelah kiri sehingga aku tak layak melanjutkan langkah.
Akankah sedikit amalku dapat mengokohkan langkah melewati curamnya shirotolmustaqim?
Aku takut licinnya akal nakalku di masa lalu itu membuatku tergelincir, terperosok ke dalam jurang jahannam.

Aku malu.. sungguh malu…
Bukan hanya sekedar dengan makhluk-Mu
Tapi kepadamu, yang setiap detik melihat, menatap, menyaksikan dan memperhatikan naluri busukku.
Sungguh.. maafkan aku, Ya Robbi.


Jatinangor, 22 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar