Gunung Dosaku
Buah Pena: Usi Supinar
Air
mengalir dalam wudlu mungkin tak mampu sucikan kembali segala noda
Desir
nadi berdzikir mungkin tak sanggup hapuskan segala dosa
Pegal
dan lelah menempelkan wajah ke bumi dalam sujud mungkin hanya sepi yang menjadi
saksi
Kata
demi kata dalam alunan ayat suci mungkin hanya sekedar suara yang tak
sekedarpun menggetarkan nurani
Aku
malu, Ya Robbi.
Betapa
luput dosa dan khilapku
Menghujam
nadi mencabik qolbu
Betapa
rendah amal nan shalehku
Menutup
lupapun ia tak mampu
Sungguh…
Betapa
hina diri ini
Penuh
dosa,
Penuh
noda,
Penuh
khilaf dan kemunafikan.
Akankah
serpihan dzikirku mengingat nama-Mu menjulangkan neraca di yaumil hisab?
Aku
takut gunung dosa di masa lalu itu memberatkan dawai sebelah kiri sehingga aku
tak layak melanjutkan langkah.
Akankah
sedikit amalku dapat mengokohkan langkah melewati curamnya shirotolmustaqim?
Aku
takut licinnya akal nakalku di masa lalu itu membuatku tergelincir, terperosok
ke dalam jurang jahannam.
Aku
malu.. sungguh malu…
Bukan
hanya sekedar dengan makhluk-Mu
Tapi
kepadamu, yang setiap detik melihat, menatap, menyaksikan dan memperhatikan
naluri busukku.
Sungguh..
maafkan aku, Ya Robbi.
Jatinangor, 22 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar