Sabtu, 23 September 2017

Terseret di Halaman Rumahku
Oleh: Usi Supinar

Kemarin, sambil duduk di halaman rumahku angin redup nan sejuk menggelitik qolbuku
Sekarang, dengan berdiri di halaman ini angin gersang nan muram nyaris mengejarku
Esok kutakutkan, halaman itu akan gelap nan kelam membuatku tersandung hingga terjatuh

Membentang pagar amarah di ujung barat dan selatan. Menghalang harapan demi harapan
Menghimpit narasi demi narasi tak berarti. Memekik betapa pahit emansipasi negeri ini
Katanya... Aku telah merdeka. Nyatanya... Aku masih tersiksa dalam pengapnya tawa
Katanya... Aku berhak memilih beribu cita-cita. Nyatanya... Berkatapun aku tak kuasa

Benarkah di halaman rumahku ini tengah menggarap perang ideologi?
Demi mengolah ladang kapitalis?
Memporakporandakan lahan komunis dan islam, Menukarkan agama dan moral
Dengan pemboikotan serangan pemikiran
Aku merasa terseret oleh kontener-kontener pengangkut hasil ladang kapitalis
Halaman rumahku kini terjajah, meski tanpa pengiriman pasukan militer
Aku khawatir... Akankah terjadi depopulasi di halaman rumahku?

Maaf. Tak ada maksud kulukai hati dan perasaanmu, wahai penguasa bangsa
Aku hanya berusaha ungkapan betapa gersang halaman rumahku yang tak kunjung mereda
Maaf. Tak tega aku melihat halaman rumahku terbakar, meregang kesakitan
Sedang tuan rumah di dalamnya terseok terbawa angin gersang musim kemarau di ladang kapitalisme

(Sumedang, 11 Mei 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar