Terseret di Halaman Rumahku
Oleh: Usi
Supinar
Kemarin, sambil
duduk di halaman rumahku angin redup nan sejuk menggelitik qolbuku
Sekarang, dengan
berdiri di halaman ini angin gersang nan muram nyaris mengejarku
Esok kutakutkan,
halaman itu akan gelap nan kelam membuatku tersandung hingga terjatuh
Membentang pagar
amarah di ujung barat dan selatan. Menghalang harapan demi harapan
Menghimpit narasi
demi narasi tak berarti. Memekik betapa pahit emansipasi negeri ini
Katanya... Aku telah
merdeka. Nyatanya... Aku masih tersiksa dalam pengapnya tawa
Katanya... Aku
berhak memilih beribu cita-cita. Nyatanya... Berkatapun aku tak kuasa
Benarkah di
halaman rumahku ini tengah menggarap perang ideologi?
Demi mengolah
ladang kapitalis?
Memporakporandakan
lahan komunis dan islam, Menukarkan agama dan moral
Dengan pemboikotan
serangan pemikiran
Aku merasa
terseret oleh kontener-kontener pengangkut hasil ladang kapitalis
Halaman rumahku
kini terjajah, meski tanpa pengiriman pasukan militer
Aku khawatir... Akankah
terjadi depopulasi di halaman rumahku?
Maaf. Tak ada
maksud kulukai hati dan perasaanmu, wahai penguasa bangsa
Aku hanya
berusaha ungkapan betapa gersang halaman rumahku yang tak kunjung mereda
Maaf. Tak tega
aku melihat halaman rumahku terbakar, meregang kesakitan
Sedang tuan
rumah di dalamnya terseok terbawa angin gersang musim kemarau di ladang
kapitalisme
(Sumedang, 11 Mei 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar