Jumat, 31 Agustus 2018


Terjawabnya Harap
(Oleh : Usi Supinar)

Ia tengah diamuk batin penuh amarah
Segenap rasa ia kubur agar murka tak merabah
Wajahnya ia tundukkan mengucap Rabb-nya sabil melemah
Terduduk ia sambal mengusap geram dan gentarnya wajah

Semua logika dikuasai nafsu tak menentu
Ia berdiam menahan kecamuk haru
Bukan untuk mendekap kemelut gerutu
Karena jelas sedikitpun ia tak mampu

Kala hati gundah, pada siapa naluri bertanya?
Tak ada yang mampu menjawab tanyanya
Ia mulai membuka sebuah buku yang ada di genggamannya
Halaman demi halaman ia pandangi, mencari apa yang ia dapat untuk menjawab tanya

Dalam genggamannya itu jelas bertuliskan arab yang indah
Kitab Suci Alquran jelasnya.

Sebuah kalimat
ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal..”
Ayat Ke-122 dalam Q.S Ali-Imran? Gumamnya lagi-lagi bertanya belum tamat
Ia teliti setiap kata di setiap sendi kalimat

“Benarkah Allah akan menolongku?”
Gumamnya lagi bertanya.

Ia menutup lembaran Al-Quran
Ia berbalik sambil berharap penuh keinginan
Ia berdiri, dan memulai langkahnya kembali penuh keyakinan
Ia terkejut, sontak air matanya mengalir tak tertahankan

Semua orang menunggunya penuh senyuman,
Tak ada yang tak mungkin duhai kawan
Ia bersama temannya siap menuntaskan harap tertundakan
Amarahnya tak lagi terpendamkan
Melainkan hilang, sebab Allah telah buktikan
Pertolongannya tak mungkin ditiadakan
Yakinlah duhai kawan…


Redup Senja Penuh Harap di Ujung Bandung, 31 Agustus 2018_17:07

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-10
#Bismillah...

Allah tak pernah sia-siakan setiap harapan, duhai kawan… Yakinlah! :))


Kamis, 30 Agustus 2018

Hujan Yang Menghangatkan
(Oleh : Usi Supinar)

Rintik hujan tiba-tiba mengalirkan harap
Hambus anginnya yang dingin pun membuatnya justru merasa dalam dekap
Ada langkah yang mulai menderap
Cipratan airnya ikut ceria berloncat kesana kemari bahagianya tak hanya sekejap

Rintik hujan mulai menderas
Disana, sampai jauh ke hilir alirannya menggemuruhkan harap dan cemas
Di tebing pinggiran jalan air terjun bebas
Biarpun kerikil kecil ikut berjatuhan, nyaringnya indah terdengar keras

Rintik hujan perlahan mereda
Ia mulai menghela, persiapkan segala yang ia rasa tak mungkin menjadi tiada
Basah dan kering menjadi pembeda
Segenap rasa ia sempurnakan demi menghadapi perjalanan panjang yang menggoda

Hujan tak lagi mengguyur
Namun hangat tetap ada disana menemani dan batinnya berharap rasa ini tak akan gugur
Air boleh jadi sebagai penyubur
Segenap harap semakin meresap, menyatu dalam batinnya hingga mendalam dan melebur

Air menggenang membasahi jalanan
Pantulan bayangan menjadi gambaran betapa indah kerlip warna yang ia pantulkan
Disana ia bisa memastikan
Harap tak sekedar bualan, yang nyatanya deras hujan mampu lebih dari menghangatkan

Rintik Hujan Di Ujung Selatan Bandung, 30 Agustus 2018_21:05

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-9
#Bismillah...

Hujan itu berkah, jangan biarkan juangmu berakhir menyerah :))

Rabu, 29 Agustus 2018

Tempat Berserah, Kala Langkah Berujung Pasrah
(Oleh : Usi Supinar)

Bukan tikam yang diharap dalam derap langkah mengiba
Ia hanya bertahan dalam juang tanggung tak berujung tiba
Bukan perih yang diingin dari berlari jauh mengakhiri
Ia hanya terpaksa menengadah pada teriknya matahari
Bukan luluh yang dimau dalam haru berujung sendu
Ia hanya mampu mengeluh tiap kali aduh batin mengadu

Logikanya tak berguna sempurna
Egonya menguasai diri hina
Carut marut ia jumpai setiap hari
Hanya ratap tanpa arti di benak diri
Dunia palsu berselimut menjadi tumpu
Perlahan semakin dalam ia tertipu

Lantas apa yang boleh jadi bahan tumpuan keseimbangannya?
Yang bisa kuatkan diri tanpa harus ia mengejar atau berlari.
Yang mampu jadi penguat bukan sekedar yang membuat ia jadi penakut.
Tuhan?
Hantu?
Tu-Han
Han-Tu
TU
HAN
TU
HAN
TU
HAN

Bukan untuk dipisahkan
Sebab Dia Maha Tunggal Tanpa Ada Yang Menggandakan.
Bukan pula untuk dibalik
Dia Kekal Abadi Maha Memberi Yang Terbaik.

Dialah Allah.
Dialah Maha Segalanya.
Tempat bersandar kala langkah mulai melemah
Tempat berbagi kala tak ada yang mampu mengerti
Tempat bertumpu kala hati mulai mengadu
Tempat berpasrah kala arah mulai gundah                      
Tempat berserah diri kala hidup tak tahu diri
Tempat bertawadhu kala dunia akhirkan sendu

Pada Allahlah ia harus berserah!

Sepi di dalam Ramainya Bandung, 29 Agustus 2018_23:23


BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-8
#Bismillah...

Allah Maha Tahu kala hati mulai lelah :))

Selasa, 28 Agustus 2018


Di Persimpangan Langkah Ke Tujuh
(Oleh : Usi Supinar)

Langkahnya terhenti di persimpangan kelelahan
Tujuh langkah ia tapaki di sepanjang garis curam keraguan
Ia sandarkan lelahnya pada pohon kering di terik gersang
Tak banyak yang terlintas di benaknya menatap awan
Tertuju matanya pada sayup kabar dari kejauhan
Meramaikan hati yang kian hari kian kerontang

Langkah mana yang harus ia lalui demi lanjutkan arah?
Arah mana yang harus ia pilih demi hati berbenah?
Benah macam apa yang bukan sekedar berlandas pasrah?
Pasrah seperti apa yang membuatnya selalu Lillah!?

Apa daya ketika persimpangan jalan membuat batinnya goyah
Tak teguh lagi dekap cita yang ia rangkai bersusah payah
Tinggal tersisa liku logikanya yang tak segan gundah merayah

Pikirnya mulai using, ia bimbang dengan rasa yang tengah berkelayap terbang
Batinnya mulai gusar, ia gahar segala rasa yang membuat hatinya kian hambar

Di persimpangan langkah ketujuhnya inilah ketir menyelimuti batin yang panik, arah mana yang akan menuntunnya pada rasa dengan kepastian tanpa dahaga

Ia dilanda kecamuk dilema dengan apa yang akan ia lalui di persimpangan selanjutnya…
Jurang kenistaan kah?
Tebing keegoisan?
Guha keterpurukan?

Atau sekedar…
Danau buah kemunafikan!?


Cekaman Ramai Persimpangan Kota Bandung, 28 Agustus 2018_12:36

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-7
#Bismillah...

Yang terbaiklah dalam memilih alih, Bijaklah dalam memilah arah. :))

Senin, 27 Agustus 2018


Bukan Sekadar Senyum Untuknya
(Oleh : Usi Supinar)

Pagi cerah ini cukup membuatnya kembangkan senyum
Ia senyum demi ciptakan senyuman bagi sesamanya
Senyumnya kali ini tak dipaksakan demi bahagianya
Sebab bahagialah yang ia rasakan sampai letupkan senyum

Bukanlah karena ia hirup kembang bermekaran harum
Ia harum dengan sendirinya tanpa reka dalam sketsanya
Harumnya kali ini cukup bangkitkan semangat sesamanya
Sebab kebersamaannyalah yang membuat ia terbawa harum

Ketika ia yakin bahwa Allah hadirkan bahagia kepada makhluk-Nya.
Barang tentu untuk saling berbagi kebahagiaan bersama sesamanya

Dalam lamunnya ia kini tengah termenung
Berharap hari ini tak akan mendung sebab ia tengah berada di ambang bingung
Bingungnya akan masa lalu yang membuat batinnya terkekang dan terkurung
Bingungnya akan masa ini yang boleh jadi sebab ia akan lalui jatuh tersandung
Bingungnya akan masa depan yang penuh ketidakpastian berbalut canggung

Dalam lamunnya ia mulai mengonsep khayal tak beraturan
Teracak imajinasi tanpa arti, rumit tak berbentuk dengan penuh ketidakpastian

Satu yang ia harap,
Ia mampu tebarkan senyum biarpun senyum itu bukan sekadar untuknya!

Pagi Cerah dalam Dekapan Keramaian Bandung, 27 Agustus 2018_10:40

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-6 
#Bismillah...

Tersenyumlah untuk membuat orang lain tersenyum. :))

Minggu, 26 Agustus 2018


Harap dalam Pengharapan
(Oleh : Usi Supinar)
Ia bergumam perihal gundahnya
Apakah ia tengah sandarkan segala keluhnya pada Penguasa-nya?
Bukan dikuasai kepuasan nafsu busuk dalam kebusukan

Ia mulai meneguhkan langkahnya
Kemana langkah akan menuntun arah harap berbalut cemasnya?
Bukan lagi kepastian bersumber harap dalam pengharapan

Inilah ia yang tengah ragu
Sebab hilang keseimbangan beban dekapan
Sedang ia rapuh tanpa ada Ia di hatinya

Inilah ia yang tengah pilu
Sebab sesak menyekap ambang kebingungan
Sedang ia luluh tanpa ada Ia di benaknya

Benak berbalut ilusi berdekap kecamuk di dalam curamnya lubuk
Pekat pikirannya digerogoti fatamorgana keabadian khayalan busuk

Terik hari ini cukup sudah menjeritkan isi batin yang tercekik
Terang kerontang tak mampu lagi hindarkan ia dari terpekik

Berjalan ia terus mengarungi kecurangan dunia
Berjalan menapaki penyesalan

Berjalan ia terus mengikuti nafsu bejad dunia
Berjalan menyusuri keterpurukan

Lelah sudah dipenuhi peluh bercucuran gambarkan keyakinan akan pertolongan-Nya yang pasti

Matanya nanar menapaki jalanan curam penuh pengharapan terdalam pada janji-Nya yang pasti

Akan kemana harap menuntun langkahnya?

Akan kemana pengharapan buktikan keberadaannya?

Terik Memekik di pinggiran Bandung, 26 Agustus 2018_11_36

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-5
#Bismillah... 

Berharaplah hanya pada-Nya. :))

Sabtu, 25 Agustus 2018

Pasrah Pada Sandaran Lelah
(Oleh : Usi Supinar)

Angin menghembus tubuhnya

Terseok ia, terhempas angin
Langkah dari langkahnya mengungkap rasa ingin

Hentakkan paksa langkah berdekap pasrah
Pada siapa ia berpasrah? Hanya sekadar pada sandaran lelah
Sandarnya perlahan tampak tak lagi pada Ia Yang Maha Menunjukkan Arah

Kelok, liku, terjal dan curamnya arah jalan
Hanya buat ia semakin terkutuk ragu dalam gundah beban
Berbelok dan berbalik pada arah ketika lelah mulai goyahkan akal dan tujuan
Meratapi langkah tak usai sebab sandaran hanya bisa buat ia terjatuh pada jurang kenistaan

Lantas apa yang mampu teguhkan langkah? Sedang Sang Maha tengah jauh ia abaikan
Ia mulai mencari dimana tegap langkah yang harus segera ia temukan
Dinding pembatas macam apa yang mampu teguhkan
Sebelum ia jatuh dan tersungkurkan

Ia mulai menerka bongkahan pasrah dalam lekuk lubuk yang tertikam gundah
Bukan demi sekedar lanjutkan terjal arungi langkah lelah
Tapi ia butuh sekedar sigma penunjuk arah

Usahanya menggapai segenap rasa dalam raup ingin
Teguhkan batin abaikan hembuskan angin

Akankah Sang Maha disertakannya?



Tebing Runcing Batas Bandung, 25 Agustus 2018_22:12

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#HariKe-4
#Bismillah... Mari sandarkan lelah hanya pada Allah. :))

Jumat, 24 Agustus 2018


Melihat Balik Arah, Bukan Berbalik Arah
(Oleh : Usi Supinar)

Langkahnya terhenti
Pikirannya belum terganti
Benaknya penuh ragu mengamati
Harapnya mata, telinga dan hati ‘kan simpati

Simpati pada tubuh lunglainya yang langkah pun tak lagi menapak
Bersandar ia pada kecamuk benak penuh acak
Yang nampak di matanya mulai retak
Jiwa mulai menggertak

Menggertak langkah tak berlanjut
Karna diamnyalah sudut pilu mulai berselimut
Ego diam tanpa sekata terucap pada menganganya garis mulut
Bukan karena ia tak mampu, nyatanya mata hanya tertuju pada lekuk lelah lutut

Lutut rapuhnya dipaksakan tegakkan tubuh menopang beban mendalam
Ia tegakkan pula pandangan yang terkesan terpaksa tajam
Mungkin masa tak berujung terbalut muram
Hanya tatap tanpa ucap gumam

Gumam apa duhai kawan?
Gumam apa yang mampu ia ungkap sekedar bahan tawaan
Di hitam matanya setumpuk gunung legam tertutupi garis-garis berawan
Akankah awan sambarkan petir kala ingatnya pada tubuhnya dengan pikir yang melawan

Melawan batin yang tak lagi sanggup lanjutkan arah
Berbalik kepada gambaran lekuk amarah
Hanya tak siap hadapi pasrah
Bukan darah!

Curamnya Garis Pinggir Danau Ujung Bandung, 24 Agustus 2018_22:02

Kamis, 23 Agustus 2018

Langkah Pertama Yang Tertikam Pikiran
(Oleh : Usi Supinar)

Langkah pertamanya ia mulai penuh gontai
Bahunya tak mampu menegakkan andai
Pun tumitnya tak kuat menopang tungkai

Ia mulai berandai dalam diamnya
Ntah apa yang tengah berkelumit di pikirannya
Mungkin hanya sekedar bersit dalam tanya

Ia bertanya? Tentang apa? Tentang rasa!
Rasa apa? Bukan rasa yang pernah ada duhai kawan...
Hanya sekedar lelucon tak berbual!
Ia baru mengalami ini dalam langkahnya
Dan kini ia justru tengah merasakan sesak tak terungkap.
Lagi-lagi ia mendekap.
Langkahnya terhenti. Ia mengamati. Semua seketika lenyap. Senyap!

Tubuhnya kaku ketika dekap tangan erat bertangkup di dada
Pikirannyalah yang tengah sesakkan dada
Itu mendominasi segala kendali dalam diri
Batinnya mulai terasa nyeri

Apa yang ia pikirkan duhai kawan?
Lelahkah?
Bukankah dia baru saja memulai langkah?

Apa yang membuatnya lunglai dalam diam?
Seperti ada yang menikam
Pikirannya sendiri yang tengah menikam
Ia tertikam duhai kawan, ia tertikam
Langkah pertamanya ia hentikan mungkin karena tikam yang tajam
Baru saja ia memulai, pikirannya tak lepas dari muram

Pinggir Jalan Licin Sisi Bandung, 23 Agustus 2018_23:05

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#Harike-2
#Bismillah

Jangan sampai tertikam pikiran muram. ;)

Rabu, 22 Agustus 2018


Pesannya Untukmu Duhai Harap
(Oleh : Usi Supinar)

Suatu pagi di kala  gelap
Terseret ia ketika baru saja terlelap
Ia mengingat sekejap demi sekejap
Dalam termangu ia mulai mendekap

Pakirannya terbang entah kemana
Mungkin sedang berkelana
Demi mendapat sekedar fatamorgana
Demi meratap hayalan fana
Demi diam yang berujung lena

Apa salah harap terucap?
Jelas ucap mengalirkan pikirannya pada segala harap
Yang tak bisa ia pungkiri, bahwa dalam dekap ia hanya mampu meratap
Apa salah harap terucap?
Jelas ucap menyampaikan rasanya pada asa segenap
Yang tak bisa ia pungkiri, bahwa segenap rasa telah ia ungkap. TELAH IA UNGKAP!!!

Tak mengertikah duhai harapan?
Kala ia terbangun penuh ratapan ia hanya bisa bergumam dan diam memendam angan
Tak mengertikah duhai harapan??
Kala ia melangkah penuh lelah ia hanya bisa mendesah dan resah menyesakan angan
Tak mengertikan duhai harapan???
Kala ia berlari penuh energi ia hanya bisa mencaci dan menjauhi jerat jeritan angan

Kuulangi duhai harapan….
Ia tak mampu lagi mencari, dimana kau? kemana kau?
Akankah kau salah alamat?
Hinggap pada jiwa yang berakhir tanpa ratap
Bukan ia yang hanya meratap harap.

Sepi dalam Ramai di Ujung Bandung, 22 Agustus 2018_22.38