Jumat, 24 Agustus 2018


Melihat Balik Arah, Bukan Berbalik Arah
(Oleh : Usi Supinar)

Langkahnya terhenti
Pikirannya belum terganti
Benaknya penuh ragu mengamati
Harapnya mata, telinga dan hati ‘kan simpati

Simpati pada tubuh lunglainya yang langkah pun tak lagi menapak
Bersandar ia pada kecamuk benak penuh acak
Yang nampak di matanya mulai retak
Jiwa mulai menggertak

Menggertak langkah tak berlanjut
Karna diamnyalah sudut pilu mulai berselimut
Ego diam tanpa sekata terucap pada menganganya garis mulut
Bukan karena ia tak mampu, nyatanya mata hanya tertuju pada lekuk lelah lutut

Lutut rapuhnya dipaksakan tegakkan tubuh menopang beban mendalam
Ia tegakkan pula pandangan yang terkesan terpaksa tajam
Mungkin masa tak berujung terbalut muram
Hanya tatap tanpa ucap gumam

Gumam apa duhai kawan?
Gumam apa yang mampu ia ungkap sekedar bahan tawaan
Di hitam matanya setumpuk gunung legam tertutupi garis-garis berawan
Akankah awan sambarkan petir kala ingatnya pada tubuhnya dengan pikir yang melawan

Melawan batin yang tak lagi sanggup lanjutkan arah
Berbalik kepada gambaran lekuk amarah
Hanya tak siap hadapi pasrah
Bukan darah!

Curamnya Garis Pinggir Danau Ujung Bandung, 24 Agustus 2018_22:02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar