Kamis, 20 September 2018


Tibanya Hari Ini
(Oleh : Usi Supinar)

Langkahnya harus berakhir disini
Genap sudah satu belum ia mengarungi perjalanan penuh khayal dan ilusi

Biarlah tak terhitung ia harus tersandung bahkan terjatuh
Setidaknya lelahpun tak membuat semangatnya luruh

Ada rasa yang tersimpan disana masih utuh
Diawali dengan keterpaksaan sebab dirasa butuh

30 Hari Berlalu
Demi asa dan harapnya
Andainya terbang tinggi berkeliaran mencari segala ilusi
Yakinkan hati dimana tempat persinggahan ia harus mencari

Sejak pertama ia tahu, ia hanya akan berjalan sendiri menapaki fatamorgana
Berani atau tidak, keharusan membuatnya tetap berada di jalur perjalanan menuju fana
Kuat atau tidak, keberadaan membuatnya tetap berjuang menghadapi goda dan lena
Yakin atau tidak, kehadiran membuatnya tetap melangkah lalui guna
Sampai atau tidak, keyakinan membuatnya tetap bergegas menjauhi sirna

Langkahnya terhenti dengan pilu sebab lelah mendaki
Cukup sudah waktu berharap ada yang membersamai
Tiba masanya untuk saling yakin bahwa takdir tak akan membohongi
Sebuah kepercayaan perlu dekapan erat agar tak saling menyakiti

Bukan tungkainya yang sakit sebab melangkah terlalu jauh
Tapi hati yang akan tersakiti jika kedekatan terus terjalin tanpa ada ikatan utuh

Bukan pundak yang sakit sebab memikul beban berat menyatu
Tapi hati yang akan tersakiti jika keegoisan menuruti nafsu terus bergejolak dan semakin membatu

Cukup sudah
Ia hanya tak bisa sendiri dalam langkah selanjutnya, itu saja!

Bandung, 20 September 2018_ 23:53


BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#DAY30
#Bismillah

Allah Maha Membersamai. :)

Rabu, 19 September 2018


Jika Esok Tiba
(Oleh : Usi Supinar)

Esok…
Ia harus relakan masa perpisahan
Betapa berat beban yang harus ia pikul sendiri
Tanpa yang menemani
Tanpa yang membersamai

Kawan… Tahukah kau?
Asa demi asa penuh cinta telah ia rangkai terlampau
Setidaknya kau sempat membuatnya terpukau

Kawan… esok akan tiba
Ia cemas sejak kini dan tak mungkin harus mengiba
Maaf jika ia tak mampu menjadi yang kau damba
Setidaknya ia tak akan keluhkan segala iba

Jika esok tiba,
Hanya satu yang ia harap
Kau tak akan pernah meratap
Sebab ia tengah berusaha tak mengungkap
Bahwa ia kepadamu penuh harap

Lagi-lagi sebuah harap
Harapan untuk saling menemani
Harapan untuk saling membersamai

Setidaknya…
Biarpun ia kelelahan,
Ia memiliki sebuah sandaran
Kala ia kebingungan,
Ia mendapatkan arahan
Saat ia berada dalam titik keterpurukan,
Ada kau yang dengan semangat mampu membangkitnkan.

Kawan…
Jangan pernah menyesal jika esok tiba
Semoga kau tak pernah marah jika esok telah tiada
Kenanglah ia,
Seperti ia yang selalu mengenangmu penuh cinta
Ingat ia,
Seperti ia mengaingatmu penuh asa

Semoga Rabb-mu mempersatukan kau dan ia dalam harap penuh damba
Semoga. Dan selalu tersemogakan.


Menanti Esok, 19 September 2018_23:34

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#DAY29
#Bismillah

Allah Maha Mempersatukan. :)

Selasa, 18 September 2018


Bulan Tak Pedulikannya
(Oleh : Usi Supinar)

Malam semakin larut
Sedangkan matanya tak juga luput
Ia putuskan untuk keluar dari bilik tersudut
Biar saja tubuhnya membawa angannya hanyut
Biar saja pikirnya berkeliaran mencari sebuah cahaya tak berkabut

Pencariannya berhenti di sebuah lembah penuh dahaga
Tersinari redupnya bulan malam ini
Mungkin bulan lelah melihat keterpurukannya
Mungkin bulan bosan mendengar segala keluhnya
Mungkin bulan muak jika harus memahami egonya

Bulan semakin mendung kala ia
mengadukan keluhnya
Bulan seakan tak peduli pada dirinya yang tengah berkabung
Bulan tak pernah tahu kabungnya akan sanubarinya

Cukup sudah ia lelah di siang penuh gundah
Tak bolehkah ia tenang dalam malam damai?

Ia bersandar pada gelapnya malam,
Sayang sang bulan tak membuatnya damai, hanya kelam.

Tak sadarkah ia betapa bulan sama sekali tak akan pernah mampu hilangkan gundah di hatinya
Tak akan pernah kabulkan segala harap di hatinya
Tak akan pernah bisa hadirkan damai di hatinya
Tam akan pernah!

Lantas, pada siapa ia adukan segala sakit ini?
Cukup langit tak menganggap keberadaannya
Matahari hanya menertawainya
Juga kah, bulan tak menanggapinya?

Bulan... pada siapa dia harus curahkan segenap rasa?
Kala hati gundah gulana
Kala akal tak berguna
Kala lahir dan batinnya jauh dari kata sempurna.

Bulan... Tunjukkan padanya sosok yang mampu hapuskan luka!
Belum ia sadari, Rabb-nya Penuh Cinta Mengawasi.


Malam Kelam Pedalaman Bandung, 18 September 2018_22:34

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#DAY28
#Bismillah

Allah Maha Memerhatikannya. Biarpun ia hanya memerhatikan sesama makhluk-Nya. :)

Senin, 17 September 2018


Biar Matahari Menertawainya
(Oleh : Usi Supinar)

Terik cukup sudah membuat peluh bercucuran, tanda ia melewati titik lelah
Langkahnya gontai melemah
Di hatinya bertanya,
Mengapa ketidakadilan seakan selalu mendekap setiap langkahnya
Bumi mungkin tak terima keadaannya
Langit pun seakan geram siang ini, membakar amarah yang tak tertahankan

Ingin ia berteriak
Kala langkah terhenti sebab kakinya mulai membengkak
Jerih payahnya belum ia rasakan manisnya, apakah bumi terlalu congkak?

Matahari siang ini seakan menertawainya
Mungkin ia terlalu bahagia atas penderitaan sosok manusia yang tengah terseret dalam kepayahannya
Silaunya hanya membuat si payah semakin gelap tidak terlihat oleh setiap makhluk di sekitarnya?
Terlalu hinakah dirinya?
Hingga ia seakan tak dianggap di muka bumi ini.

Hanya mengadu pada Rabb-nya yang mampu ia lakukan kini
Hanya ada sebuah keyakinan disana,
Rabb-nya akan berbaik sangka kepadanya, jika ia berbaik sangka pada Rabb-nya.
Rabb-nya akan mengingatnya kala ia susah, jika ia mengingat Rabb-nya kala senang
Rabb-nya akan meridhoi amalan kerdilnya, jika ia ridho atas nikmat yang kecil
Ia terus menguatkan tekadnya, Rabb-nya akan menjaganya kala Allah terjaga di hatinya

Tak henti ia menengadah, berharap Rabb-nya kabulkan segala harap
Berharap payahnya terjawab indah
Biarlah terik tak pedulikan pengaduannya
Toh ia tak pernah mengadu pada seisi langit,
Ia hanya mengadu pada Sang Penguasa Langit. Rabb-nya.


Lagi-lagi matahari seakan menertawainya
Karenakah terlalu kelam masa lalunya?
Lebih kelamkah hingga mengalahkan kelamnya awan hari kemarin?

Matahari terus menertawainya
Seakan puas dengan keterpurukan si payah di hembus angin gersang
Teriknya terbahak melihat kecemasan yang mulai porak porandakan  harapan yang mulai usang

Cukup sudah ia menengadah,
Cukup sudah ia melihat kepuasan matahari yang tak henti menertawainya
Cukup Allah. Rabb-nya Yang Maha mengerti keterpurukan dalam harapnya.

Di Tengah Perjalanan Menempuh Terik Tak Berujung, 17 September 2018_11:28

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

#30DWCJILID14
#SQUAD7
#Day27
#Bismillah..

Biarlah Matahari Menertawainya. Biarlah Allah Yang Maha Memahami-nya.. :))

Minggu, 16 September 2018


Langit, Jangan Acuhkan Ia
(Oleh : Usi Supinar)

Tingginya langit tak mungkin sanggup ia gapai
Dalamnya lautan juga tak mampu ia selami
Katanya…
Cita-citanya setinggi langit
Sayangnya,
Namanya tak kunjung melejit
Katanya…
Nalarnya sedalam lautan
Sayangnya,
Hanya akal liar dalam ketersesatan

Langit nampak garang, seakan tak ijinkan ia memiliki asa
Asanya yang kian hari kian meninggi, mungkin terbawa angin sampai binasa
Gelombang tinggi siap menerjang kekokohan batinnya dalam keyakinan yang tersisa
Terhempas ia, ketika nahkoda tak sanggup kendalikan sampan yang di luar kendali kuasa
Tubuhnya terjatuh hingga ia terjerembab dengan wajah menghadap langit

Berharap langit mengasihaninya, biar sekadar sampaikan asanya menuju Rabb-nya.
Tingginya langit tak sebanding dengan khayalan tinggi penuh ketidakmungkinan menuju Rabb-nya.
Hatinya busuk, akalnya kerdil. Hanya mampu gantungkan asa pada awan kelam yang tinggi
Wajar Rabb-nya tak menanggapi, jelas ia hanya menuruti nafsu dengki.

Kemana nasib akan membawa sampannya berlabuh?
Apakah menuju tempat peristirahatan yang jauh?
Atau mencarikan tempat yang teduh?

Demi menggapai langit ia percepat kemudi sampan
Biarpun tetap, batinnya tertinggal
Hanya asa yang jauh melesat ke awan
Nalurinya masih tenggelam di laut dangkal

Ia memekik karena terik
Langit acuh, tak peduli ia rasakan sakit
Langit hanya berucap padanya bahwa ia salah diam di atas rakit
Percuma tubuh bergeming disana, sedangkan seyogyanya semua akal telah pamit

Jauh akalnya berkeliaran dan tertinggal di masa kelam

Ombak kembali menghempas keras
Sampai tersungkur ia di atas cadas
Langit tak pedulikan
Hanya nanar, berharap Rabb-nya menolongnya agar tak terdampar di tengah lautan kelam.

Dalam Keterdamparan, 16 September 2018_11:55

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com

Sabtu, 15 September 2018


Berharap Adanya Tempat Berlabuh
(Oleh : Usi Supinar)

Ia tersandung di ujung mendung
Kakinya terjerat batinnya terperanjat
Ada rasa yang tak terbendung
Semua kekeliruan di benaknya terserirat

Ia termenung
Cekram tangannya erat

Ia lelah dengan perjalanan panjang melawan ketidakadilan
Semua seakan menyalahkan
Segala tuduh menyesakkan dada, menghempaskan angan
Kesalahan terlalu besar mungkin,
Sampai semua ego tak dapat menerimanya lagi
Kekeliruan terlalu banyak mungkin,
Hingga maaf pun sulit ia gapai lagi

Isaknya tak lagi terdengar
Sebab hati terlalu gahar

Air matanya mengering
Kerontang hati pun hanya buat ia bergeming

Tak banyak kata terucap
Hanya ratap

Semua mata tertuju padanya menusuk hingga sampai kebatinnya
Mengisyaratkan bahwa semua kesalahan bersumber dari dirinya
Mengusik hati yang tengah mencari kedamaian dalam diamnya
Mencabik naluri yang tengah pencari kebenaran dalam langkahnya
Memekik batinnya perih tergores semua pandangan yang terlalu tajam menghujamnya

Salahkah ia berusaha biar hanya sekedar menahan nafsu dalam diam?
Salahkah ia diam dari kecamuk rasa bersalah di isi kepalanya berlarian?
Salahkah ia berlari manjauhi caci, sekadar maafpun tak bisa ia genggam.

Sayang, ia tak mampu lagi berlari
Kesalahannya menggembok ucap agar tak terungkap
Rantai keliru menjadi belenggu terlalu kuat mengikat hati yang terperangkap
Dimanakah batinnya bisa beristirahat biar hanya sekadar hinggap?
Sayang, ia tak harap sekadar hinggap
Ia butuh tempat singgah dan menetap

Sebuah tempat berlabuh untuk mengistirahatkan lelah perjalan penuh makian, hanya itu yang kini ia harap!

Ruang Gelap Penuh Ratap, 15 September 2018_22:38

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com 
#30DWCJILID14 
#SQUAD7 
#HariKe-25
#Bismillah...
.
.
Semoga Allah tunjukkan arah menuju tempat singgah yang jauh dari segala kesalahan

Cukup Sudah Ia Terpuruk
(Oleh : Usi Supinar)
.
.
Usai sudah, hanya nafsu busuk yang kuturuti di hari kemarin
Kini saatnya ku abdikan diri dan hati hanya pada Rabbi.
Sudahi saja semua benak yang berkelayap menuju fatamorgana
Saat ini, tiba masanya untuk mendekatkan diri pada Sang Maha Bijaksana.

Biarkan saja semua mulut disana mencaci penuh benci
Asal jangan Rabbi yang berhenti mencintai

Ia berucap biar hanya saja kedar tekad
Cukuplah kemarin ia tenggelam dalam kegelapan
Esok biarlah langkahnya menuntun ke arah menuju pencahayaan

Desir nadi bergejolak memompa semangat membara
Demi hijrahnya, terlepas dari jerat nafsu yang fana
Tak mengapa baru tekad yang ia bulatkan
Setidaknya ia harus lari dari keterpurukan

Jiwanya melayang penuh harap mencari ridho-Nya.
Raganya berjuang jauhkan diri dari murka-Nya
Shalatnya
Ibadahnya
Hidupnya
Matinya

Ia haturkan demi Penguasa Alam. 
Rabbi...
Rabbi...
Rabbi...
Tiada yang ia harap selain esok mampu buatnya bangkit dari keterpurukan
Di pergantian tahun ini.

Bukan mencekamnya malam 1 syuro yang penuh dengan mistis dan seram
Tapi amarah yang harus di redam kala batin ingkar pada sisi kemanusiaannya
Tak perlu ia takuti setan berkelayapan di luar sana
Ia hanya perlu taklukan setan yang menyelinap di lubuk hatinya
Yang dapat melumpuhkannya
Melumpuhkan akal sehatnya
Membuatnya jauh lebih hina dari hewan
Jauh lebih biadab dari pada setan

Cukup sudah semua kebusukan ia jalani
Esok... Segeralah tiba masa pertobatan

@pejuang30dwc 
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com 
#30DWCJILID14 
#SQUAD7 
#HariKe-24
#Bismillah...
.

Bismillah...
Semangat melangkah..

Kamis, 13 September 2018

Biarlah, Cukup Pundak Kita
(Oleh : Usi Supinar)

Kita ceritakan kisah kita saja malam ini
Kisah siang tadi
Kisah tentang kita
Kita saja

Berangkatku menujumu
Mungkin tak hilangkan beban di pundakmu
Setidaknya pundakku bisa jadi sandaran lelahmu


Biarkan kita tuangkan rasa
Biarkan kita ungkapkan nyata

Rasanya liku hidup kita tak sanggup kita lalui bersama
Nyatanya sampai detik ini pun kita masih disatukan asa

Rasanya pundak tak kuat menopang beratnya beban
Nyatanya kita berbagi pundak untuk saling menguatkan

Rasanya cucuran air mata tak bisa kita hentikan
Nyatanya masih ada hangat dalam dekap senyuman

Kita saling menguatkan
Dalam dekap, sakit luruh perlahan
Biarpun tak hilang, semoga Allah hadirkan tabah dan ikhlas dalam lubuk harapan

Ku ulangi...
Siang tadi kita eratkan dekapan penuh air mata bercucuran
Tak sepatah kata pun terucap
Hanya isak tangis dalam peluk erat

Kuyakini ini tak terjadi jika tanpa kehendak Illahi.
Dan kita tak pernah sendiri.
Biarlah mereka benci
Biarlah mereka mencaci
Biarlah mereka memaki
Biarlah mereka menjauhi
Biarlah...
Biar Allah saja yang menjawab.

Biarpun sulit meyakinkanmu
Ku tak akan berhenti biar hanya sekadar mendengarkan keluhmu

Bukankah nyata janji Allah.
‘’Maa wadda’aka rabbuka wamaa qalaa’’
‘’Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu’’

Di hari penuh pinta ini
Pinta pertamaku pada Rabb-ku adalah semua orang yang mencintai dan/atau dicintai olehku senantiasa dalam kebahagiaan
Termasuk kamu, kita!
Biarlah keluh terus alirkan air mata
Biarlah hanya pundak kita yang rasakan beban merana
Biarlah Allah yang kuatkan pundak kita
Biarlah.


Ruang Sepi Penuh Isak, 13 September 2018_23:00

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com 
#30DWCJILID14 
#SQUAD7 
#HariKe-23
#Bismillah...
.
.

Cukuplah Allah Yang Maha Tahu segala kelumit rumitnya perih kita… :)

Rabu, 12 September 2018


Ia Tak Hadirkan Pikirannya Disana
(Oleh : Usi Supinar)

Terlintas di pikirannya, di siang gersang penuh keramaian
Ia tak hadirkan pikirnya
Justru berkelana mencari tempat singgah yang nyaman penuh kedamaian

Ia temukan tempat sejuk di ujung timur
Berharap belum ada yang singgah disana
Pikirnya bersandar dalam keteduhan syukur
Berharap ia segera menghentikan kelana

Keramaian di tengah kota cukup menguras penatnya siang ini
Sengaja ia tak hadirkan pikirannya disini
Ia khawatir pikirannya terbakar terik
Maka biarlah ia pergi menjauhi pekik

Tubuhnya bangkit, tak ia biarkan terkoyak di kepadatan lautan manusia
Ia berdiri
Ia melangkah pasti
Ia berlari
Meski tubuhnya masih dalam keramaian, pikirannya terbang jauh dalam kedamaian

Panas aspal di keramaian membuat kumpulan manusia itu merasa terbakar
Salah siapa terperdaya dunia yang sukar?
Ia berusaha tak hadirkan pikirannya disana duhai kawan
Demi tidak terbawa nafsu bualan

Beribu tiang listrik menjadi saksi
Mungkin semua tiang tak ada yang mengetahui
Seberapa tinggi pikirannya melampaui
Mungkin lebih tinggi dari tiang, tak sekadar mengelabui

Kawan...
Pikirannya masih jauh disana
Ia nyaman bersarang di ruang teduh tempat berkelana
Sandarannya pada keteduhan membuatnya tak ingin kembali pada tubuh lelahnya

Keramaian Melelahkan, 12 September 2108_17:39

BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com 
#30DWCJILID14 
#SQUAD7 
#HariKe-22
#Bismillah...
.
.

Biarkan sejenak pikiranmu hinggap pada kedamaian… :)