Lamunannya di Bangku
Kayu
(Oleh : Usi Supinar)
(Oleh : Usi Supinar)
Aroma
debu menyertai rintik gerimis terhirup masuk pada aliran napas panjangnya
Ia
tersenyum simpul ketika kabut mulai mengepul
Ah…
Desahnya
kesal dengan rasa tak karuan yang terus berkecamuk di benaknya
Ada
apa dengannya?
Ia
terduduk di bangku kayu depan rumahnya
Lagi-lagi
sambil tersenyum ia mengusap wajah dan kembali tenggelam dalam lamunannya
Kemana
lamunan itu pergi?
Apakah
hanyut terbawa arus aliran air?
Atau
tertiup embus angin?
Matanya
terpejam, khayalannya semakin dalam
Ia
mulai merangkai rasa tak karuan yang sejak tadi terpendam
Hatinya
bergumam
Apakah
andai bisa ia genggam?
Setelah
adanya harap yang memecah rasa mengidam
Ia
tak mampu jika lagi-lagi harus tertikam
Ia
butuh kepastian kawan…
Bukan
sekedar bualan
Aroma
debu kembali terhirup
Lagi-lagi
andainya menyelusup
Aroma
itu mengingatkannya kala sepasang tangan bertangkup
Terlintas
sepasang indahnya sayup
Yang
tak sengaja pernah penuh perhatian membuat jantungnya tiba-tiba berdegup
Ia
gugup! Membayangkannya saja ia gugup…
Di
bangku kayu ia mulai bersandar
Berusaha
semakin jauh ia mengarungi alam bawah sadar
Menerjemahkan
setiap lalu lalang akal yang semakin liar
Angannya
tak kunjung memudar
Semakin
jauh ia menerka rahapan yang kian memapar
Tanpa
sadar doanya terpanjat, berharap angannya segera terbayar
Bangkit
ia mulai tersadar,
Matanya
berbinar…
Tak
sabar ia menunggu kabar!
Bangku Kayu Bertudung Langit Biru, 02 September 2018_10:57
Biarkan harapmu terbang bebas, Biar Allah yang menjawab doamu… :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar