Langit, Jangan Acuhkan Ia
(Oleh : Usi Supinar)
Tingginya langit tak mungkin sanggup ia gapai
Dalamnya lautan juga tak mampu ia selami
Katanya…
Cita-citanya setinggi langit
Sayangnya,
Namanya tak kunjung melejit
Katanya…
Nalarnya sedalam lautan
Sayangnya,
Hanya akal liar dalam ketersesatan
Langit nampak garang, seakan tak ijinkan ia memiliki asa
Asanya yang kian hari kian meninggi, mungkin terbawa angin sampai
binasa
Gelombang tinggi siap menerjang kekokohan batinnya dalam
keyakinan yang tersisa
Terhempas ia, ketika nahkoda tak sanggup kendalikan sampan yang
di luar kendali kuasa
Tubuhnya terjatuh hingga ia terjerembab dengan wajah
menghadap langit
Berharap langit mengasihaninya, biar sekadar sampaikan
asanya menuju Rabb-nya.
Tingginya langit tak sebanding dengan khayalan tinggi penuh
ketidakmungkinan menuju Rabb-nya.
Hatinya busuk, akalnya kerdil. Hanya mampu gantungkan asa
pada awan kelam yang tinggi
Wajar Rabb-nya tak menanggapi, jelas ia hanya menuruti nafsu
dengki.
Kemana nasib akan membawa sampannya berlabuh?
Apakah menuju tempat peristirahatan yang jauh?
Atau mencarikan tempat yang teduh?
Demi menggapai langit ia percepat kemudi sampan
Biarpun tetap, batinnya tertinggal
Hanya asa yang jauh melesat ke awan
Nalurinya masih tenggelam di laut dangkal
Ia memekik karena terik
Langit acuh, tak peduli ia rasakan sakit
Langit hanya berucap padanya bahwa ia salah diam di atas
rakit
Percuma tubuh bergeming disana, sedangkan seyogyanya semua
akal telah pamit
Jauh akalnya berkeliaran dan tertinggal di masa kelam
Ombak kembali menghempas keras
Sampai tersungkur ia di atas cadas
Langit tak pedulikan
Hanya nanar, berharap Rabb-nya menolongnya agar tak
terdampar di tengah lautan kelam.
Dalam Keterdamparan, 16
September 2018_11:55
BuahPenaUsiSupinar.blogspot.com
Puisinya bagus kak terus semangat menulis tebarkan lebih manfaat pada orang lain 😊🤗
BalasHapusAlhamdulillah.. terimakasih banyak pujiannya kak.. insyaallah mari semangat.. Semoga tulisan kita selalu bermanfaat... :))
Hapus